*The Fisherman*
Malam di Danau Tertutup Kabut
Di sebuah desa kecil bernama Morthaven, di pinggir sebuah danau sunyi yang dikenal sebagai *Danau Solstice*, hidup seorang pria bernama *Ewan Fletcher*. Ewan adalah seorang nelayan yang tinggal sendirian di sebuah kabin kayu yang sudah tua. Setiap malam, ketika desa mulai gelap dan hanya suara jangkrik yang terdengar, Ewan akan berjalan menuju danau untuk memancing.
Danau Solstice bukan tempat biasa. Penduduk desa sering membicarakan legenda tentang bayangan yang terlihat di atas air ketika kabut mulai turun. Namun, bagi Ewan, cerita itu hanyalah dongeng belaka. Baginya, danau itu adalah tempat pelarian dari sepi, di mana ia merasa tenang meski hidup sendiri setelah istrinya, *Miriam*, meninggal beberapa tahun lalu.
*Malam yang Tidak Biasa*
Malam itu, kabut turun lebih tebal dari biasanya, membuat pandangan ke danau menjadi kabur. Ewan, dengan peralatan pancing di tangan, melangkah di atas dermaga kayu yang sudah tua. Ia meletakkan bangkunya, memasang umpan pada kail, dan melemparkan tali pancing ke air.
Angin dingin berhembus, membawa aroma yang berbeda—bau anyir seperti ikan busuk bercampur lumpur. Ewan mengernyit, tapi mengabaikannya. Ia memandang ke air, berharap malam ini akan membawa hasil tangkapan yang baik.
Namun, setelah beberapa menit, tali pancingnya mulai menegang. Ia menariknya dengan tenaga, tetapi yang ia dapatkan bukan ikan. Itu adalah *kotak kecil dari kayu tua*, penuh dengan lumut dan rantai berkarat melilit di sekelilingnya.
Dengan penasaran, Ewan membuka kotak itu. Di dalamnya ada sebuah jam saku kuno, dengan jarum yang masih berdetak meski kelihatan sangat tua. Di belakang jam itu, terdapat ukiran nama *“Miriam Fletcher”*.
Jantung Ewan berdetak lebih cepat. Itu adalah nama istrinya. Tapi bagaimana mungkin?
*Suara dari Dalam Kabut*
Saat Ewan masih memandang jam itu dengan bingung, ia mendengar sesuatu dari arah danau. Itu seperti suara seseorang memanggilnya.
“Ewan... Ewan...”
Suara itu lemah, hampir seperti bisikan yang datang dari dalam kabut. Ia berdiri dan memandang ke arah suara. Sebuah bayangan muncul di tengah danau. Itu menyerupai sosok manusia, tapi terlalu jauh untuk dikenali.
“Siapa di sana?” teriak Ewan, suaranya bergetar.
Bayangan itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia bergerak lebih dekat. Langkahnya tidak seperti berjalan, melainkan melayang di atas permukaan air.
Ketika bayangan itu akhirnya cukup dekat untuk terlihat, Ewan ternganga. Itu adalah Miriam—atau sesuatu yang menyerupainya. Wajahnya pucat, dengan rambut basah menjuntai, dan matanya kosong. Ia mengangkat tangan, menunjuk ke arah Ewan.
“Ewan... tolong aku...”
*Kebenaran yang Tersembunyi*
Ketakutan merayapi tubuh Ewan, tapi ia tidak bisa berpaling. Ia merasa seolah terpaku di tempatnya. Suara Miriam terdengar lagi, kali ini lebih jelas.
“Kau tahu apa yang terjadi padaku...”
Ewan menggeleng. “Aku... aku tidak tahu apa yang kau maksud.”
“Lihatlah ke dalam air,” suara itu memerintah.
Ewan, dengan tangan gemetar, menatap ke danau. Kabut mulai terangkat, memperlihatkan sesuatu di bawah permukaan air. Ia melihat *kerangka manusia*, terperangkap di bawah dermaga tempat ia biasa memancing. Itu adalah kerangka Miriam, masih mengenakan cincin kawin yang ia berikan bertahun-tahun lalu.
Air mata mengalir di wajah Ewan. Ingatan itu datang seperti badai. Ia ingat malam pertengkaran mereka, bagaimana ia kehilangan kendali dan secara tidak sengaja mendorong Miriam ke danau. Ia pikir tubuhnya telah hilang terbawa arus, tapi ternyata ia salah.
*Akhir yang Tak Terhindarkan*
Miriam—atau bayangannya—bergerak lebih dekat hingga hanya beberapa meter dari Ewan.
“Kau harus membayar atas apa yang kau lakukan,” katanya.
Tiba-tiba, tangan dingin seperti es meraih pergelangan tangan Ewan, menariknya ke dalam air. Ia berusaha melawan, tapi kekuatan itu terlalu besar. Ketika tubuhnya tenggelam, ia melihat wajah Miriam untuk terakhir kali.
Pagi harinya, penduduk desa menemukan peralatan pancing Ewan tertinggal di dermaga, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Hanya air danau yang tenang, seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Namun, beberapa orang bersumpah bahwa ketika malam tiba, mereka bisa mendengar dua suara dari arah danau. Suara seorang pria dan seorang wanita, memanggil dari dalam kabut.
*Tamat*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar