Puisi: Secangkir Kopi di Pagi yang Dingin
Uap hangat menari di bibir cangkir,
Menyatu dengan embun, peluk pagi yang lirih.
Aroma robusta, sunyi yang bersyair,
Membangkitkan hati, meredakan perih.
Burung bersiul di balik kabut tenang,
Dunia terlelap, tapi jiwa tak hilang.
Tegukan pertama, seperti pelukan pulang,
Pahit yang jujur, namun tak pernah bimbang.
Dalam diam, ingatan pun berlayar,
Pada luka yang sembuh, harapan yang mekar.
Kopi mengajar, dalam sapa yang benar,
Bahwa damai hadir dalam detik yang sabar.
Tak perlu pesta, tak harus megah,
Cukup satu cangkir, dan hati yang pasrah.
Bahagia itu sederhana, tanpa gelisah,
Seperti pagi yang dingin dan kopi yang ramah.
Maka biarlah hari ini dimulai,
Dengan semangat dari cangkir yang tak usai.
Karena kita tahu, setelah mendung mengurai,
Pelangi datang — ditemani kopi yang setia menanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar