Antara Takhta dan Hati
Di istana megah berselimut sutra,
Hiduplah putri dalam cahaya,
Namun dalam sorot matanya yang teduh,
Tersimpan gelisah, sunyi yang penuh.
Takhta memanggil, suara darah memuncak,
Janji leluhur tak bisa ditolak,
Tapi hatinya, lembut berbisik,
Ada cinta yang tak bisa terusik.
Ia menapaki lorong penuh pilihan,
Antara tugas dan pengorbanan,
Antara mahkota yang dingin bersinar,
Dan senyuman yang hangat, jujur dan sabar.
Malam-malam ia menulis harap,
Pada bintang yang diam di balik awan gelap,
Bukan karena ia lemah tak berdaya,
Tapi karena cinta adalah kuasa sejatinya.
Perjuangan sang putri tak terlihat pedang,
Namun jiwanya berani menantang,
Demi takhta, ia rela bertahan,
Demi hati, ia rela kehilangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar