Kota yang Hilang
Di ujung senja yang redup merunduk,
Ayub pulang, membawa rindu yang belum usai,
Menatap kota kecil dalam peluk dukacita,
Diguncang bumi, diiris waktu.
Atap rumah tak lagi berdiri tegak,
Namun suara tawa masa kecil masih bergema,
Dari reruntuhan, kenangan tumbuh,
Mengakar di hati, tak bisa luluh.
Ia temukan sahabat yang tetap setia,
Meski zaman telah mengganti wajahnya,
Bersama mereka, ia menambal luka bumi,
Dengan harapan dan nyali yang abadi.
Bukan sekadar bangunan yang hendak diselamatkan,
Tapi jiwa kota, jiwa mereka,
Yang hidup dalam canda, air mata, dan doa,
Tak akan hilang, selama cinta ada.
Di tengah retak tanah dan langit mendung,
Mereka berdiri, bukan hanya melawan bencana,
Tapi menantang lupa,
Agar dunia tahu—kota ini, masih bernyawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar