Rabu, 20 November 2024

TEKS NARASI(cerpen) -SILVIA FATMA-DIAM DALAM SEBUAH KERAMAIAn

 **Diam dalam Sebuah Keramaian**


Di tengah hiruk-pikuk pasar yang penuh warna dan suara, Rina berjalan pelan dengan langkah-langkah kecil. Suara tawar-menawar antara pedagang dan pembeli, deru kendaraan yang lewat, serta gumam orang-orang yang saling berbicara seakan menenggelamkan dirinya dalam dunia yang penuh kebisingan. Namun, anehnya, di tengah keramaian itu, Rina merasa seperti terperangkap dalam diam.


Dia tidak tahu sejak kapan dirinya mulai merasa demikian. Dunia di sekitarnya terasa bergerak begitu cepat, sementara dirinya tetap berada di tempat yang sama, seakan terhenti oleh waktu. Di antara suara riuh pasar, Rina hanya mendengar detak jantungnya sendiri yang seolah menjadi satu-satunya irama dalam hidupnya.


"Rina! Ayo, cepat, kita harus pulang," teriak adiknya, Mira, yang menarik-narik tangannya.


Rina mengangguk pelan, berusaha tersenyum meskipun hatinya terasa begitu sunyi. Mira memang tidak tahu apa yang sedang dirasakannya. Bagi adiknya, hidup adalah sebuah petualangan yang penuh tawa dan keceriaan, sementara Rina merasa terjebak dalam labirin pikirannya sendiri.


Hari-hari yang sebelumnya penuh dengan percakapan hangat bersama teman-teman atau keluarga kini terasa seperti ruang kosong. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa hambar, seperti tidak ada makna yang bisa mengisi kekosongan yang ada di dalam dirinya. Rina lebih sering mengamati orang-orang berbicara, berbagi cerita, atau sekadar tertawa, namun hatinya tetap terbungkus dalam kebisuan yang menyakitkan.


Pada suatu sore, setelah pulang dari pasar, Rina duduk di balkon rumahnya yang menghadap ke jalan raya. Dari sana, ia bisa melihat orang-orang berlalu-lalang, mobil-mobil yang melaju cepat, dan langit yang mulai gelap. Meski demikian, semua itu tidak mampu mengusir rasa sepi yang terus menggerogoti dirinya.


Diam baginya bukanlah pilihan, tetapi suatu keadaan yang datang begitu saja, tanpa bisa ia hindari. Di dalam diamnya, Rina merasa dunia berjalan tanpa dirinya. Tidak ada kata yang bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan. Kadang, ia ingin berteriak sekeras-kerasnya, tetapi suara itu selalu terbungkam sebelum sempat keluar.


Seiring berjalannya waktu, Rina mulai belajar untuk menerima diam sebagai bagian dari dirinya. Meskipun kadang terasa berat, ia sadar bahwa diam bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Diam bisa menjadi cara untuk mendengarkan suara hati, untuk meresapi setiap detik dalam kehidupan tanpa harus terus-menerus berbicara atau memenuhi ruang dengan kata-kata. Diam memberikan ruang bagi jiwa untuk beristirahat, untuk menemukan kembali kedamaian dalam diri.


Suatu malam, ketika hujan mulai turun dengan lebatnya, Rina duduk di tepi jendela. Ia memandangi hujan yang turun tanpa henti, membasahi bumi yang lelah. Dalam kesunyian itu, Rina merasa seperti ada yang berbeda. Hujan, meski terdengar gaduh di luar, memberi ketenangan di dalam dirinya. Suara hujan seolah mengingatkannya bahwa dalam hidup, tidak semua hal harus dijelaskan atau diungkapkan dengan kata-kata. Kadang, keheningan itu adalah bahasa yang paling dalam.


Pada saat itu, Rina mulai mengerti. Diam bukan berarti kehilangan suara, melainkan menemukan makna dalam setiap detik kehidupan yang penuh gejolak. Diam memberinya kesempatan untuk mendengar lebih jelas—tidak hanya dunia luar, tetapi juga bisikan hati yang selama ini ia abaikan.


Hari demi hari, Rina mulai belajar untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Ia tidak lagi merasa takut pada keheningan, karena di dalam diam itu, ia menemukan kebijaksanaan yang jauh lebih besar daripada sekadar berbicara tanpa henti. Diam bukanlah penjara. Diam adalah kebebasan untuk merasakan, untuk memahami, dan untuk hidup dalam kesadaran penuh akan keberadaan diri di dunia yang begitu luas ini.


Mungkin, dalam hidup yang sibuk dan penuh suara ini, kita semua membutuhkan sedikit lebih banyak waktu untuk diam. Untuk mendengarkan bukan hanya apa yang orang lain katakan, tetapi juga apa yang ingin kita katakan kepada diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KARYA ILMIAH - AHMAD SETIAWAN

 Sisi Lain Media Sosial: Antara Manfaat dan Dampak Negatif bagi Masyarakat Modern Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keh...