Sabtu, 23 November 2024

TEKS NARASI(cerpen)-FITRI WIRANTI

Teman Seumur Hidup


Di sebuah sekolah kecil di pinggir kota, ada dua sahabat yang tak terpisahkan—Rani dan Siska. Mereka mulai bersahabat sejak kelas lima, saat Siska pindah dari kota besar ke desa kecil tempat Rani tinggal.


Hari pertama Siska masuk kelas adalah saat yang sulit. Anak-anak lain memandangnya aneh karena logat kota yang ia gunakan terdengar berbeda. Siska merasa seperti orang asing di kerumunan, sampai Rani duduk di sebelahnya saat jam istirahat.


"Hai, aku Rani. Mau makan bareng?" tanya Rani dengan senyuman hangat.


Siska, yang awalnya malu-malu, mengangguk. Mereka berbagi bekal dan cerita. Rani bercerita tentang hobi melukisnya, sementara Siska mengungkapkan kegemarannya membaca novel misteri. Obrolan sederhana itu menjadi awal dari persahabatan yang penuh warna.


Mereka selalu bersama—di perpustakaan, di kantin, bahkan di lapangan olahraga. Meski berbeda karakter, mereka saling melengkapi. Rani yang ceria dan kreatif sering membantu Siska yang cenderung pemalu untuk lebih percaya diri. Sebaliknya, Siska yang tekun belajar sering membantu Rani mengatasi soal-soal matematika yang rumit.


Suatu hari, sekolah mengadakan lomba seni dan literasi. Rani langsung mendaftar untuk lomba melukis, tetapi Siska ragu untuk ikut lomba menulis cerpen.


"Aku nggak yakin tulisanku cukup bagus," kata Siska saat mereka duduk di bawah pohon besar di halaman sekolah.


Rani menatap Siska dengan serius. "Kamu selalu cerita kalau kamu suka menulis, kan? Kalau nggak dicoba, kita nggak akan tahu hasilnya."


Akhirnya, Siska memberanikan diri. Ia menulis sebuah cerpen tentang seekor burung kecil yang berani meninggalkan sarangnya untuk menemukan dunia baru. Saat lomba tiba, Rani dan Siska saling mendukung.


Hari pengumuman pemenang tiba. Rani mendapat juara dua untuk lomba melukis, dan Siska—yang awalnya tidak yakin—mendapat juara pertama untuk lomba menulis cerpen. Siska hampir tidak percaya ketika namanya dipanggil, tetapi Rani melompat kegirangan dan memeluknya erat.


"Sudah kubilang, kamu berbakat!" kata Rani sambil tersenyum lebar.


Setelah itu, persahabatan mereka semakin erat. Mereka tidak hanya berbagi suka, tetapi juga saling menguatkan di saat duka. Ketika Rani kehilangan nenek kesayangannya, Siska ada di sampingnya, memeluknya tanpa banyak bicara. Ketika Siska gagal dalam ujian, Rani membuatkan poster kecil berisi kata-kata semangat untuk menemaninya belajar.


Persahabatan mereka menjadi inspirasi bagi teman-teman di sekolah. Banyak yang kagum melihat betapa mereka selalu saling mendukung, tanpa rasa iri atau dendam.


Tahun-tahun berlalu, dan mereka akhirnya lulus sekolah. Meskipun mereka melanjutkan pendidikan di tempat yang berbeda, persahabatan itu tetap hidup. Setiap kali liburan, mereka selalu bertemu, berbagi cerita, dan mengenang masa-masa indah di sekolah kecil itu.


Persahabatan Rani dan Siska adalah bukti bahwa teman sejati tidak hanya hadir di masa senang, tetapi juga bertahan di saat sulit. Bagi mereka, persahabatan itu bukan sekadar cerita sekolah—itu adalah cerita seumur hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KARYA ILMIAH - AHMAD SETIAWAN

 Sisi Lain Media Sosial: Antara Manfaat dan Dampak Negatif bagi Masyarakat Modern Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keh...